Thursday, June 19, 2014

Korban Laki-laki, Ibu Rumah Tangga Pengidap HIV Terbesar

Penularan HIV/AIDS di Indonesia akhir-akhir ini mulai bergeser dari kelompok rentan ke kelompok risiko rendah, seperti ibu rumah tangga dan bayi. Pengidap penyakit HIV/AIDS di Kabupaten Jayapura, Papua, pada 2010 didominasi ibu rumah tangga (IRT) yang mencapai 164 orang. Penyakit berbahaya ini lebih banyak ditularkan oleh pasangan atau suami terhadap istri.  Pada 2010 jumlah pengidap HIV/Aids di Kabupaten Jayapura yang mencapai 609 orang, yang terdiri dari laki-laki 242 orang, perempuan 367 orang, didominasi IRT 164 kasus, disusul lain-lain 124 kasus, PSK 102 kasus, buruh/petani 61 kasus, PNS 37 kasus, pelajar/mahasiswa 41 kasusu, swasta 57 kasus. Ini berbeda dengan daerah lain, dimana kelompok yang berisiko tinggi terkena HIV/AIDS adalah pekerja seks, wanita pria (waria), pengguna narkotika dengan jarum suntik bersama-sama. Perempuan di Papua masih dianggap kelas dua, sehingga mereka tidak berdaya menolak atau memilih.
 
Kasus-kasus baru HIV/AIDS ini bermunculan di sejumlah daerah di Indonesia, seperti di Bandar Lampung dari total 198 kasus baru HIV/AIDS, 40 persen atau 84 kasus berasal dari kelompok ibu rumah tangga. Temuan serupa juga terjadi di Madiun, Jawa Timur dan Cirebon, Jawa Barat. Kondisi seperti ini sangat mengkhawatirkan bagi kaum ibu di Indonesia. Karena ibu yang terjangkit HIV/AIDS berisiko menularkan penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu ke bayinya, di Cirebon sejak tahun 2004 dijumpai 14 kasus penularan HIV/AIDS dari ibu kepada anaknya. Kebanyakkan ibu yang mengandung itu tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi virus HIV/AIDS, maka mereka khususnya yang hamil  yang memiliki riwayat berisiko tinggi terkena HIV/ AIDS, disarankan mengikuti tes di masa kehamilan. Jika diidentifikasi sejak dini dilakukan maka ibu dan bayinya akan bisa ditangani.
Angka kjaian HIV AIDS di Papua dengan  rincian usia 20-29 sebanyak 285 orang, usia 30-39 sebanyak 198 orang, usia 40-49 sebanyak 55 orang, usia 15-19 sebanyak 44 orang, dan usia 1-4 tahun 12 orang. Sementara jumlah yang terbanyak dari Distrik Sentani 320 kasus, Sentani Timur 126 kasus, Kaureh 26 kasus, Nimboran 20 kasus, Distrik Sentani Barat 25 kasus. Sebagian besar pengidap HIV/AIDS di bumi Kenambay Umbay ini tertular melalui hubungan heteroseksual sebanyak 592 orang, ibu ke anak sebanyak 4 orang, transfusi darah sebanyak 7 orang.
Kasus HIV/AIDS Kabupaten Jaya Wijaya,  per-31 Juli 2010 berjumlah 905 (Laki-laki : 540 jiwa, Perempuan : 346 jiwa dan anak-anak < dari 14 tahun : 19 jiwa). Dalam perhitungan kasus HIV/AIDS jumlah ini lazimnya dikalikan dengan angka 5. Apa artinya? Setiap 1 kasus yang ditemukan, terdapat 5 kasus lain yang belum terungkap. Dengan proyeksi demikian maka secara nyata jumlah kasus HIV/AIDS di Jayawijaya per 31 Juli 2010  mencapai  4.525 kasus dengan perincian : Laki-laki : 5 x 540 = 2.700 jiwa, Perempuan : 5 x 346 = 1.730 jiwa dan anak – anak < dari 14 tahun : 5 x 19 = 95 jiwa. Jika ditelusuri lebih lanjut, maka dengan mereferensi pada jumlah penduduk kabupaten Jayawijaya saat ini (212.363 jiwa, laki-laki 114.593 jiwa, perempuan 97,769 jiwa—sumber BPS Kbp. Jaya wijaya per Juli 2010), maka dapat dianalisis sebagai berikut : Laki-laki :  2.700 dibagi dengan 114.593 = 0,24 jiwa atau 24% terinfeksi HIV /AIDS. Perempuan : 97.769 jiwa = 0,46 jiwa atau 46% terkena HIV /AIDS.
Dari data ini dapat disimpulkan, bahwa setiap 100 orang laki-laki penduduk Jayawijaya terdapat 24 di antaranya terinfeksi HIV/AIDS, atau  setiap 10 penduduk laki-laki  terdapat 2 di antaranya terindikasi mengidap HIV/AIDS atau dapat dikatakan, setiap 5 orang penduduk laki-laki  terdapat 1 di antaranya terindikasi mengidap penyakit  HIV/AIDS. Demikian juga setiap 100 penduduk perempuan Jayawijaya terdapat 46 di antaranya mengidap HIV/AIDS atau setiap 10 penduduk perempuan  terdapat 4,6 di antaranya terinfeksi HIV/AIDS atau dapat juga dikatakan setiap 5 penduduk perempuan Jayawijaya terdapat 2 atau 3 orang di antaranya terindikasi mengidap HIV/AIDS. Dari data jelas terindikasi bahwa kelompok yang sangat rentan adalah perempuan. Bayangkan saja dari rata-rata 5 penduduk perempuan Jayawijaya 2 atau 3 di antaranya terindikasi mengidap penyakit HIV/AIDS (baik yang sudah kelihatan maupun berpotensi mengidap HIV/AIDS).
Demikian juga di Maluku, ibu rumah tangga di daerah ini tertular virus HIV/AIDS yang saat ini menempati peringkat kedua setelah kelompok wiraswasta. Jumlah ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV/Aids di Maluku pada 2013, lebih banyak dibandingkan wanita pekerja seks komersil (PSK). “Tahun lalu ada 56 orang ibu rumah tangga yang tergolong “ODHA” (orang yang telah mengidap HIV/Aids), mereka terinfeksi dari suaminya, sedangkan PSK hanya 22 orang, Di Maluku hingga akhir 2013 terdapat 2.364 kasus HIV/AIDS, menyusul penemuan pertamanya di Kota Tual pada 2004. Rinciannya tertular HIV sebanyak 1.139 kasus, sedangkan 1.225 kasus lainnya adalah AIDS. Golongan umur penularan adalah 15 – 39 tahun yakni sekitar 86 persen. Sedangkan, Kota Ambon tercatat memiliki kasus terbanyak, selanjutnya Kabupaten Maluku Tenggara, Kabupaten Kepulauan Aru dan Kabupaten Maluku Tenggara. Kota Ambon pada 2013 tercatat juga terbanyak memiliki kasus yakni 150 dari 251 kasus se- Maluku.  dari 257 kasus HIV/Aids di Maluku pada 2013, 58 persen ODHA adalah laki-laki, sedangkan 42 persen perempuan dan ibu rumah tangga yang paling banyak terinfeksi dibandingkan perempuan ODHA lainnya. Berdasarkan data yang dihimpun selama tiga tahun terakhir, sedikitnya ada 102 orang ibu rumah tangga yang terinfeksi HIV/Aids pada 2011, jumlah itu turun menjadi 83 orang pada 2012, dan 56 orang pada 2013. Sedangkan PSK hanya 93 orang yang menjadi ODHA pada 2011, turun menjadi 64 orang pada tahun berikutnya, dan 22 orang pada 2013.

Ibu Rumah Tangga Rentan  HIV/AIDS
Dalam kasus ini, dibandingkan laki-laki maka  perempuan menjadi ”makanan empuk” terjangkit infeksi ini. Bayangkan saja, dari 5 perempuan Jayawijaya seperti yang telah disebut pada data di atas,  maka 2 atau 3 perempuan sudah terinfeksi penyakit HIV/AIDS. Ironisnya, penderita perempuan yang paling banyak terinfeksi HIV/AIDS  adalah ibu rumah tangga. Mereka tertular dari  suaminya yang ternyata terbiasa melakukan hubungan  seks berisiko selain dengan pasangannya sendiri (istri). Parahnya lagi, laki-laki yang terinfeksi ini tidak mau membuka diri kepada keluarganya apalagi memeriksakan dirinya.  Karena kalau berterus terang mereka takut akan ditinggalkan istrinya.
Penyebab terbesar penularan HIV/AIDS adalah melalui hubungan seks yang tidak aman. Salah satunya adalah akibat banyaknya hubungan seks berganti-ganti pasangan, yang dilakukan setelah pesta adat, atau satu orang melayani beberapa orang, atau berhubungan seks di usia muda, serta rendahnya pemakain kondom. Risiko ini semakin tinggi bagi perempuan di Jaya Wijaya dan Papua pada umumnya, ketika budaya patriakal di pedalaman tanah Papua masih terjadi, sehingga menempatkan perempuan pada posisi paling rentan untuk sisi manapun. Di beberapa suku, perempuan yang telah ”dibeli” dengan 20 wam (babi) misalnya, sudah menjadi milik laki-laki. Oleh karena sudah ”dibeli” dengan harga demikian maka laki-laki di pedalaman Papua khususnya dan mungkin juga di tempat lainnya akan selalu menempatkan perempuan sebagai warga  masyarakat kelas dua, dan harus rela diperlakukan apa pun oleh laki-laki.
Ketika para mama (perempuan dewasa) teridap dan menjadi penderita HIV/AIDS, dan mengalami kehamilan atau tengah masa menyusui, maka kemungkinan  besar anak-anaknya pun akan terinfeksi. Jadi, kini penyakit ini tidak hanya menyerang kelompok rentan para mama Papua, tetapi juga kelompok anak-anak. Generasi yang akan hilang kini membayangi Papua jika tidak ada upaya pencegahan terhadap masalah yang sangat serius ini secara signifikan.

No comments:

Post a Comment