Monday, April 28, 2014
KASUS HIV PERTAMA
Kejadian ini berawal pada musim panas di Amerika Serikat tahun 1981, ketika itu untuk pertama kalinya oleh Centers for Disease Control and Prevention dilaporkan bahwa ditemukannya suatu peristiwa yang tidak dapat dijelaskan sebelumnya dimana ditemukan penyakit Pneumocystis Carinii Pneumonia (infeksi paru-paru yang mematikan) yang mengenai 5 orang homosexual di Los Angeles, kemudian berlanjut ditemukannnya ’penyakit’ Sarkoma Kaposi yang menyerang sejumlah 26 orang homosexsual di New York dan Los Angeles. Beberapa bulan kemudian penyakit tersebut ditemukan pada pengguna narkoba suntik, segera hal itu juga menimpa para penerima transfusi darah.
Sesuai perkembangan pola epidemiologi penyakit ini, semakin jelaslah bahwa penyebab proses penularan yang paling sering adalah melalui kontak sexual, darah dan produk darah serta cairan tubuh lainnya.
Pada tahun 1983, ditemukan virus HIV pada penderita dan selanjutnya pada tahun 1984 HIV dinyatakan sebagai faktor penyebab terjadinya Aquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS).
ASAL-USUL VIRUS HIV
Penemuan kasus AIDS untuk pertama kalinya di Amerika Serikat pada tahun 1981, ternyata hanya sedikit memberi informasi tentang sumber penyakit ini. Sekarang sudah terbukti bahwa AIDS disebabkan oleh virus yang dikenal dengan HIV. Jadi untuk menemukan sumber AIDS kita perlu mencari asal-usul HIV.
HIV adalah bagian dari keluarga atau kelompok lentivirus. Lentivirus seperti HIV dapat ditemukan dalam lingkup luas primata non-manusia. Lentivirus yang lain, diketahui secara kolektif sebagai virus monyet yang dikenal dengan SIV (Simian Immunodeficiency Virus). Dan sekarang secara umum diterima bahwa HIV merupakan keturunan SIV.
Bagaimana HIV dapat menyeberang dari hewan ke manusia?
Telah lama diketahui secara pasti bahwa virus tertentu dapat menyeberang dari hewan kepada manusia dan proses ini dikenal dengan zoonosis. Bagaimana proses SIV menjadi HIV pada manusia?
(1) Teori Pemburu, merupakan teori yang paling banyak dianut. Di dalam teori ini dijelaskan bahwa, SIVcpz dapat berpindah ke manusia, ketika seseorang berburu simpanse kemudian membunuh serta memakan dagingnya. Terkadang virus yang masuk bisa tetap sebagai SIV, atau dalam suatu kesempatan akan berubah menjadi HIV.
(2) Teori Vaksin Polio, merupakan teori lain yang mengatakan bahwa HIV dapat berpindah secara tidak sengaja karena kealpaan pihak medis, misalnya melalui percobaan medis. Teori ini disebarluaskan secara baik dimana vaksin polio yang memainkan peranan dalam perpindahan ini, karena vaksin tersebut dibuat dengan menggunakan ginjal monyet.
(3) Teori Kontaminasi Jarum Suntik, merupakan lanjutan dari “Teori Pemburu”, dimana pada tahun 1950 sudah digalakkan untuk memakai jarum suntik yang hanya sekali pakai serta menerapkan penataan untuk mensterilkan peralatan medis, tetapi ini memakan banyak anggaran sehingga terkadang, satu jarum digunakan untuk beberapa orang tanpa disterilkan terlebih dahulu. Hal tersebut akan mempercepat terkontaminasinya dengan berbagai macam infeksi.
(4) Teori Penjajahan, dasar pemikiran teori ini mengacu pada teori pemburu. Pada akhir abad XIX hingga awal abad XX, sebagian besar negara Afrika mengalami penjajahan. Seperti layaknya warga yang terjajah, rakyat Afrika diwajibkan mengikuti kerja paksa, mereka ditempatkan dalam satu camp dimana sanitasinya sangat buruk, kerja fisik diluar batas serta kebutuhan makanan tidak terjamin bahkan tidak menutup kemungkinan mereka mendapatkan lauk berupa simpanse yang sedang mengidap SIV.
(5) Teori Konspirasi. Beberapa orang mengatakan bahwa virus HIV adalah rekayasa manusia. Dari survey yang dilakukan di Amerika Serikat, didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden berkulit hitam mempercayai bahwa virus HIV memang diciptakan untuk memusnahkan sebagian besar orang berkulit hitam serta para homoseksual. Beberapa bahkan meyakini bahwa virus HIV disebarkan di seluruh dunia melalui program imunisasi campak maupun melalui uji coba program vaksinasi Hepatitis B kepada kaum homosexsual.
Sejauh ini, masih belum ada satu teoripun yang mampu menjelaskan dengan memuaskan bagaimana SIV pada binatang bisa menyeberang menjadi HIV pada manusia.
Kapan perpindahan itu terjadi?
Perkembangan dunia kedokteran sejauh ini membuat kita mampu untuk mendeteksi HIV pada darah atau cairan tubuh lainnya, bahkan kita juga sudah mampu menentukan subtype virus HIV. Penelitian terhadap subtype virus HIV pada kasus-kasus awal dapat memberi petunjuk dalam menentukan kapan HIV pertama kali menyerang manusia dan perkembangan berikutnya.
Ada tiga kejadian yang dianggap sebagai infeksi HIV paling awal, yaitu:
1. Contoh plasma (cairan darah) yang diambil dari seorang pria dewasa yang hidup di Republik Demokratik Kongo tahun1959.
2. HIV ditemukan pada contoh jaringan tubuh dari seorang pemuda Amerika–Afrika yang meninggal dunia di St.Louis, AS, tahun 1969.
3. HIV ditemukan pada contoh jaringan tubuh dari seorang pelaut Norwegia yang meninggal dunia sekitar tahun1976.
Analisis yang dilakukan pada tahun 1998 tentang contoh plasma dari 1959 mengesankan bahwa HIV-1 memasuki manusia sekitar 1940-an atau awal 1950-an, lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.
Dimana virus HIV pertama kali muncul pada manusia?
Karena HIV berkembang dari satu jenis SIV yang ditemukan pada tipe simpanse di Afrika Barat, banyak orang menganggap bahwa HIV pertama muncul pada manusia di sana. Kemudian dianggap bahwa HIV menyebar dari Afrika ke seluruh dunia.
Kita mungkin tidak akan pernah tahu secara pasti kapan dan dimana virus HIV muncul pertama kali, tetapi yang jelas pada suatu waktu di pertengahan abad 20-an ini, infeksi HIV pada manusia berkembang menjadi epidemi penyakit di seluruh dunia yang saat ini lebih dikenal sebagai AIDS.
Apa penyebab epidemi ini menyebar secara tiba-tiba?
Dipercayai ada 3 proses yang mempermudah penularan sehingga menyebabkan penyebaran secara luas :
Kemudahan transportasi, memegang peranan dalam penyebaran HIV disorot pada kasus yang sekarang dikenal sebagai ’Patient Zero’. Patient Zero adalah seorang pramugara pesawat terbang berkebangsaan Kanada dan bernama Gaetan Dugas yang sering mengadakan perjalanan ke seluruh dunia. Analisis terhadap beberapa kasus AIDS awal menunjukkan bahwa orang terinfeksi tersebut adalah orang yang berhubungan seksual baik langsung maupun tidak langsung dengan pramugara ini. Untuk lebih jelasnya bisa menonton film ”and the band played on”.
Industri darah. Ketika transfusi darah menjadi bagian yang rutin dalam praktek kedokteran, permintaan kebutuhan akan darah juga semakin meningkat. Di beberapa negara seperti Amerika, mereka yang bersedia menyumbangkan darahnya akan dibayar, termasuk pengguna narkoba suntik. Pada awal epidemi, para dokter belum menyadari akan mudahnya virus ini menyebar melalui donor darah tanpa screening sebelumnya. Akibatnya, banyak dari mereka yang mendapat transfusi dari seseorang yang terinfeksi HIV akan tertular HIV.
Penggunaan Narkoba. Meningkatnya ketersediaan heroin seiring dengan perang Vietnam tahun 1970-an, mendorong pertumbuhan penggunaan narkoba suntik. Bersamaan dengan hal tersebut, untuk menghemat biaya, pemakaian alat suntik oleh para pecandu dilakukan secara bersama-sama, satu jarum dipakai oleh banyak pecandu tanpa disterilkan terlebih dahulu. Ini merupakan jalan lain virus HIV berpindah dari pengidap yang satu ke pengidap lainnya.
Sunday, April 27, 2014
Info HIV dan AIDS
Apakah yang dimaksud dengan HIV dan AIDS?
HIV atau Human Immunodeficiency
Virus adalah virus yang menyerang sel
darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya
kekebalan tubuh manusia. Orang yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat
tampak sehat dan belum membutuhkan pengobatan. Namun orang tersebut dapat
menularkan virusnya kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan
berbagi alat suntik dengan orang lain.
AIDS atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome adalah
sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh. AIDS
disebabkan oleh infeksi HIV. Akibat menurunnya kekebalan tubuh pada seseorang
maka orang tersebut sangat mudah terkena penyakit seperti TBC, kandidiasis,
berbagai radang pada kulit, paru, saluran pencernaan, otak dan kanker. Stadium
AIDS membutuhkan pengobatan Antiretroviral (ARV) untuk menurunkan jumlah virus
HIV di dalam tubuh sehingga bisa sehat kembali.
Bagaimana
HIV bisa ditularkan kepada orang lain?
- Melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom sehingga memungkinkan cairan mani atau cairan vagina yang mengandung virus HIV masuk ke dalam tubuh pasangannya
- Dari seorang ibu hamil yang HIV positif kepada bayinya selama masa kehamilan, waktu persalinan dan/atau waktu menyusui.
- Melalui transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV. Lewat pemakaian alat suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai bergantian tanpa disterilkan, terutama terjadi pada pemakaian bersama alat suntik di kalangan pengguna narkoba suntik (penasun).
Apakah
transfusi darah di fasilitas kesehatan berisiko menularkan HIV?
Tidak
berisiko karena umumnya, Palang Merah Indonesia dan fasilitas kesehatan selalu
melakukan pengecekan atau skrining HIV pada darah donor sebelum melakukan
transfusi kepada orang lain. Darah tercemar HIV tidak digunakan.
Apakah
infeksi HIV dapat dicegah?
Ya.
dengan cara:
- Abstinence – Tidak berhubungan seks (selibat)
- Be Faithful – Selalu setia pada pasangan
- Condom – Gunakan kondom di setiap hubungan seks berisiko
- Drugs – Jauhi narkoba
Bagaimana
cara mengetahui status HIV?
Orang
yang sedang dalam tahap HIV tidak bisa kita kenali. Mereka tampak sehat dan
tidak menunjukkan gejala penyakit apapun. Status terinfeksi HIV hanya dapat
diketahui setelah mengikuti test HIV yang disertai konseling. Segera kunjungi
fasilitas kesehatan terdekat (Klinik VCT) untuk tes HIV.
Apa
yang dimaksud dengan tes HIV?
Layanan
test HIV dan konseling ini disebut sebagai VCT (Voluntary Counseling and
Testing). Tes HIV biasanya berupa tes darah untuk memastikan adanya
antibodi HIV di dalam sampel darah. Tes HIV bersifat sukarela dan
rahasia. Sebelum melakukan tes HIV, akan dilakukan konseling untuk mengetahui
tingkat risiko infeksi dari perilaku selama ini dan bagaimana nantinya harus
bersikap setelah mengetahui hasil tes HIV. Untuk tes cepat dapat juga digunakan
tes usapan selaput lendir mulut (Oraquick)
Apakah
ada pengobatan untuk HIV dan AIDS?
Terinfeksi
HIV bukanlah vonis mati. AIDS dapat dicegah dengan pengobatan antiretroviral
atau ARV. Pengobatan ARV menekan laju perkembangan virus HIV di dalam tubuh
sehingga orang dengan infeksi HIV dapat kembali “sehat” atau ‘bebas gejala’.
Namun virus HIV masih ada di dalam tubuhnya dan tetap bisa menularkan pada
orang lain.
Apakah
orang yang telah terinfeksi HIV boleh berkeluarga dan memiliki keturunan?
Risiko
penularan kepada pasangan melalui hubungan seksual dapat dicegah dengan
penggunaan kondom. Pengobatan dengan ARV juga dapat menekan pertumbuhan virus
HIV dalam tubuh manusia sampai ke batas yang tidak terdeteksi sehingga risiko
penularan ke pasangan dapat dikurangi, namun harus tetap menggunakan kondom.
Orang
yang telah terinfeksi HIV bahkan tetap dapat memiliki keturunan dengan aman.
Melalui program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA/PMTCT),
penularan HIV dari ibu ke anak saat kehamilan, melahirkan dan menyusui dapat
dikurangi sampai 0%. Calon orang tua dapat menekan risiko penularan pada anak
dengan mengetahui status HIV sejak dini. Berkonsultasilah dengan dokter yang
merawat.
Apakah
orang yang telah terinfeksi HIV perlu dihindari?
Anda
tidak perlu menghindari orang yang telah terinfeksi HIV. Penularan HIV terjadi
melalui cara-cara yang spesifik. Berinteraksi sosial dengan orang yang telah
terinfeksi HIV tidak menyebabkan penularan HIV.
Mendobrak Mitos HIV:
- HIV tidak menular di kolam renang umum
- HIV tidak menular melalui batuk atau bersin
- HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk atau serangga lainnya
- HIV tidak menular dengan berbagi alat makan bersama
- HIV tidak menular karena berjabat tangan
- HIV tidak menular karena berciuman
Adakah
keterkaitan infeksi HIV dan Infeksi Menular Seksual?
Infeksi
Menular Seksual atau IMS adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual baik melalui vagina, anus atau mulut. Orang yang mengidap IMS memiliki
risiko yang lebih besar untuk terinfeksi HIV. Perlukaan pada kelamin karena
adanya IMS dapat mempermudah seseorang tertular HIV saat berhubungan seks tanpa
pengaman.
Gejala
yang timbul tergantung pada jenis IMS yang diderita. Beberapa gejala IMS yang
mungkin timbul adalah:
· Keluarnya
sekret atau nanah dari penis, vagina atau anus
· Nyeri atau
terasa panas waktu kencing
· Benjolan,
bintil atau luka pada penis, vagina, anus atau mulut
·
Pembengkakan di pangkal paha
· Perdarahan
setelah berhubungan kelamin
· Nyeri pada
perut bawah (wanita)
· Nyeri pada
buah pelir
Penyakit IMS misalnya:
· Sifilis
· Kencing
Nanah (Gonore)
· Klamidia
· Herpes
Genitalis
· Infeksi
Trikomunas
· Kutil
Kelamin
- Bila terdapat gejala di atas, jangan mengobati diri sendiri dengan obat bebas di pasaran. IMS itu mencakup banyak jenis penyakit. Segera periksakan diri anda ke layanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.
- Hindari hubungan seks atau gunakan kondom dalam hubungan seks selama masih dalam pengobatan. Agar infeksi tidak berulang, ajak pasangan untuk diperiksa dan diobati pula.
- Bila IMS tidak mendapakan pengobatan yang tepat, dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV, kemandulan, keguguran, atau penularan IMS kepada pasangan atau bayi yang dikandung.
Pengobatan
HIV:
Pengobatan
HIV dan AIDS pada dasarnya meliputi aspek Medis Klinis, Psikologis dan Aspek
Sosial yang meliputi pengobatan supportive (dukungan), pencegahan dan
pengobatan infeksi oportunistik dan pengobatan antiretroviral.
ARV
atau Antiretroviral
ARV merupakan singkatan dari Antiretroviral, yaitu obat yang dapat menghentikan reproduksi HIV didalam
tubuh. Bila pengobatan tersebut bekerja secara efektif, maka kerusakan
kekebalan tubuh dapat ditunda bertahun–tahun dan dalam rentang waktu yang cukup
lama sehingga orang yang terinfeksi HIV dapat mencegah AIDS. Dengan semakin
meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV tersebut, ARV memiliki peran penting
dalam menciptakan masyarakat sehat melalui strategi penanggulangan AIDS yang
memadukan upaya pencegahan dengan upaya perawatan, dukungan serta pengobatan.
Hingga saat ini, ARV masih merupakan cara paling
efektif serta mampu
menurunkan angka kematian dan berdampak pada peningkatan kualitas hidup orang
terinfeksi HIV sekaligus meningkatkan harapan masyarakat untuk hidup lebih
sehat. Sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai penyakit yang
dapat dikendalikan seperti diabetes, asma atau darah tinggi dan tidak lagi
dianggap sebagai penyakit yang pembunuh yang menakutkan
Subscribe to:
Posts (Atom)